Minggu, 30 Mei 2010

~Cara Mengatasi Sendawa..~


Sendawa, “Anti” Perut Kembung

Bersendawa setelah minum susu penting bagi bayi, sebab akan menghindarkannya dari perut kembung.

Ketika bayi Anda menyusu, seringkali udara ikut-ikutan masuk bersama susu. Biasanya, volume udara yang tertelan oleh bayi yang minum ASI lebih sedikit ketimbang bayi yang minum susu botol. Nah, volume udara yang masuk ini akan lebih banyak lagi jika cara menyusunya kurang tepat, si kecil tidak tenang, atau baru saja menangis berkepanjangan akibat marah atau kelaparan. Kok, bisa? Ketika susu masuk ke dalam lambung bayi, udara yang masuk ‘tertahan’ di bagian atas lambung. Akibatnya, perutnya kembung. Bayi pun jadi rewel.

Untuk menghindari perut bayi kembung, segera sendawakan setelah ia menyusu pada masing-masing payudara. Sebenarnya, ada 3 posisi yang umum digunakan untuk menyendawakan bayi. Tapi, setiap bayi biasanya punya posisi favorit yang ‘menurutnya’ paling nyaman. Jadi, pandai-pandailah ‘membaca’ isi hatinya.

Posisi menghadap ke belakang

- Letakkan handuk kecil atau saputangan pada bahu Anda untuk menahan muntahan susu.
- Gendong bayi menghadap ke belakang dengan bertopang pada bahu Anda.
- Tegakkan tubuhnya dan biarkan kepalanya bersandar di bahu Anda.
- Gunakan satu tangan untuk menahan tengkuk dan bokongnya, sementara tangan lainnya mengelus-elus punggungnya sampai dia bersendawa.

Posisi tengkurap di pangkuan

- Telungkupkan si kecil di atas pangkuan.
- Topanglah dadanya dengan tangan agar kepalanya sedikit lebih tinggi dari tubuhnya.
- Elus-elus punggungnya sampai dia bersendawa.

Posisi digendong di depan

- Gendonglah bayi dengan cara menyangga tengkuk dan bokong di depan tubuh Anda.
- Usahakanlah agar kepalanya sedikit lebih tinggi dari dadanya.
- Letakkan handuk kecil atau saputangan di dadanya untuk menampung muntahan.
- Elus-elus punggungnya sampai dia bersendawa.
Ah... Leganya Napasku!
[Baca Selengkapnya...]

Jumat, 28 Mei 2010

~Hormatilah Orang Tuamu~


Pada malam itu Ana bertengkar dengan ibunya...
Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun...

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang...

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan...

Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang...

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata, "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?"...

"Ya, tetapi, aku tidak membawa uang." jawab Ana dengan malu-malu...

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu." jawab si pemilik kedai...
"Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu"...

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi...
Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang...

"Ada apa, nona?" tanya si pemilik kedai...

"Tidak apa-apa. Aku hanya terharu." jawab Ana sambil mengeringkan air matanya...
"Bahkan seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi...

Tetapi... Ibuku sendiri... Setelah bertengkar denganku, Malah mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah...

Kau... Seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri." katanya kepada pemilik kedai...


Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata...
"Nona mengapa kau berpikir seperti itu?...

Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu...
Ibumu yang telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya?... Dan kau malah bertengkar dengannya..."

Ana terhenyak mendengar hal tersebut...
"Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut?...
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya...
Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya..."

Ana segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya...

Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya...

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas...
Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah...

"Ana, kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang..."

Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis di hadapan ibunya...


Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita...

Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga), khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita harus selalu berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita...


Renungan :

Bagaimana pun kita tidak boleh melupakan jasa orang tua kita...

Seringkali kita menganggap pengorbanan mereka selama ini, Hanyalah merupakan suatu proses alami yang biasa-biasa saja...

Padahal sebenarnya, Kasih sayang dan kepedulian orang tua kita adalah hadiah paling berharga yang diberikan kepada kita sejak kita dilahirkan oleh ibu kita...
Pikirkan dan renungkanlah hal tersebut...!!!

Mampukah kita menghargai pengorbanan orang tua kita tanpa syarat apapun...?

"Hai anak-anak, Taat dan hormatilah orang tuamu dalam keseharianmu...
Karena itulah hal yang terindah di mata Tuhan..."
[Baca Selengkapnya...]

Rabu, 26 Mei 2010

~Panduan Seni Berbicara Dengan Bayi Untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicaranya~


Berikut ini panduan seni berbicara dengan bayi untuk
mengembangkan kemampuan berbicaranya:



1. Memperkenalkan Nama Benda

Perkenalkan segala sesuatu di sekitar kita kepada bayi. Ini bisa dimulai dengan yang sederhana, seperti wajah kita. Yuk, ajak tangan bayi menjelajahi wajah kita. Sambil menyentuh setiap bagiannya, sebutkan mana mata, hidung, mulut, telinga, dan lain-lain. Lalu, lanjutkan dengan anggota tubuh. Lebih jauh lagi, perkenalkan bayi pada nama-nama benda di sekitarnya; bola, meja, kursi, kotak. Perkenalkan pula si kecil pada pohon, mobil, kucing, anjing, dan aneka obyek di luar rumah.

2. Menjadi Pendengar
Meski bayi belum mampu mengungkapkan keinginan atau gagasan lewat kata-kata yang jelas, sebaiknya mulailah ’’mendengarkan’’ setiap ia ’’mengungkapkan’’ sesuatu. Jadilah pendengar aktif. Usahakan mengira-ngira apa yang ingin bayi ungkapkan. Lalu, berikan respon. Misal, ’’Oh, bagus sekali!’’ atau ’’Apa betul?’’ Ajak pula bayi berdialog, meski ia hanya akan merespon dengan gumaman, gerakan, senyum atau bahasa tubuh lainnya.

3. Memperkenalkan Konsep
Segala sesuatu di sekitar bayi merupakan hal baru baginya. Nah, kewajiban kitalah mengenalkannya kepada bayi melalui berbagai konsep, eperti konsep panas-dingin, naik-turun, masuk-keluar, kosong-penuh, berdiri-duduk, basah-kering serta besar-kecil. Pengenalan konsep dasar ini bisa dilakukan sesederhana mungkin. Dan, bisa didapat dari peristiwa sehari-hari di sekitar bayi. Misal, saat menggantikan popok, kita bisa memberitahukan padanya, ’’Popokmu basah kena pipis. Nah, sekarang Mama ganti dengan popok yang kering.’’

4. Menjelaskan Sebab-Akibat
Konsep sebab-akibat juga perlu diperkenalkan, mengingat bayi sedang giat mempelajari segala sesuatu. Kita bisa mulai dengan menjelaskan berbagai fungsi dan sebab-akibat bekerjanya benda di rumah. Misal, tombol lampu. ’’Kalau tombol ini Mama tekan ke atas, lampu akan menyala dan ruangan jadi terang. Tetapi kalau ditekan ke bawah, lampu padam dan ruangan jadi elap.’’
Tentu saja tak cuma benda mati. Sebab-akibat pada perasaan orang juga bisa diperkenalkan. Contoh, ’’Mama sedih kalau kamu nggak mau makan’’. Ini akan mengasah kepekaan bayi.

5. Memperkenalkan Warna
Warna-warni bisa ditunjukkan sambil memperkenalkan benda dan segala sesuatu di sekitar bayi. Misal, ’’Itu balon, Nak. Warnanya merah, seperti bajumu.’’

6. Mengulangi Kata-Kata
Agar bayi mampu mengingat lebih tajam segala sesuatu yang diperkenalkan padanya, sebaiknya kata-kata yang diperkenalkan selalu diulang-ulang. Misal, ’’Pintar, makannya sudah habis. Haaabiiis.’’

7. Memperkenalkan Kata yang Benar
Hindari penggunaan kata-kata yang dipermudah atau dicadel-cadelkan, seperti ’’mamam’’ untuk makan, ’’mimik’’ untuk minum, atau lainnya. Gunakan kata-kata yang benar. Karena, ini membantu bayi memahami konsep dengan benar.

8. Perkenalkan Kata Ganti
Walau bayi belum bisa menggunakan kata ganti, tak ada salahnya mulai memperkenalkannya. Beritahu pula konsep kepemilikan. Misal, ’’Ini kue untuk Adek, untuk kamu,’’ atau ’’Ini punya Mama, punya saya’’.

9. Memacu Respons
Banyak cara memancing bayi agar merespons atau menjawab pertanyaan kita. Misal, memberi berbagai pilihan dan meminta bayi memilih salah satu, ’’Mau pakai baju merah atau kuning?’’ Atau, bisa juga meminta bayi menunjukkan atau mengambil benda yang kita tanyakan, ’’Coba, yang mana boneka Laa Laa?’’

10. Hindari Pemaksaan
Jika bayi cuma menjawab dengan ekspresi atau bahasa tubuh, bantulah dengan memberi pilihan. Misal, ’’Ari mau pilih bola atau boneka?’’ Kalau kata-katanya tetap tak keluar, komentari pilihannya, ’’Oh, Ari pilih bola, ya?’’ Hindari pemaksaan bila bayi tetap tak mau bicara. Bersabar dan teruslah berlatih.

11. Menyederhanakan
Arahan yang rumit bisa membingungkan bayi. Jadi, sampaikanlah arahan verbal satu per satu. Misal, ’’Tolong ambilkan bola.’’ Tunggu sampai bayi melakukannya, baru lanjutkan, ’’Nah, sekarang berikan pada Mama.’’ Beri pujian bila ’’tugas’’ itu dilakukan dengan baik, agar bayi tahu bahwa yang dilakukannya benar.

12. Hati-hati Memperbaiki
Kekeliruan berbahasa karena keterbatasan artikulasi bayi bisa mulai diperbaiki secara hati-hati. Ungkapan ’’..bil!’’ untuk ’’mobil’’, dapat langsung diperbaiki lewat jawaban ’’Pintar, itu mobil’’. Tak perlu mengulang-ulang kesalahan ucapan bayi. Sebetulnya ia sudah mengetahui ucapan yang seharusnya keluar.

13. Membaca Bersama
Perkenalkan bayi pada buku bacaan bergambar yang memiliki kalimat berirama dan sederhana seperti pantun. Ajaklah ia bersama-sama mengucapkan dan menunjukkan gambar-gambarnya. Misal ’’Gajah bermain bola.’’ Mintalah bayi menunjukkan mana gajah dan mana bola. Lakukanlah ini sesering mungkin. Lama-lama bayi akan akrab dengan kata-kata di buku tersebut dan tertarik untuk belajar lebih banyak lagi.

14. Mengenalkan Angka
Ini bukan pelajaran berhitung, melainkan sekedar mengenal angka satu dan lainnya sambil bermain. Misal, ’’Adik boleh ambil satu kue. Saa-tuu...’’ (sambil memperlihatkan jari kita menunjukkan ’’satu’’). Atau,
’’Ambil mainan, yang baaa-nyaak.’’ Menghafal angka juga sudah bisa dilakukan. Sambil naik tangga atau memasukkan mainan ke dalam boks, kita membilang, ’’Satu, dua, tiga...’’

15. Menyanyi
Menyanyi adalah cara mudah ’’merekamkan’’ beragam kosakata di benak bayi. Kelak, begitu mendengar potongan melodi dan irama lagu tersebut, rekaman itu akan keluar dengan sendirinya dari mulut bayi...
[Baca Selengkapnya...]

Senin, 24 Mei 2010

~Ketika Cinta Bertentangan Dengan Orang Tua~


Saat cinta kita kepada Orang Tua "Terbentur" dengan cinta kita kepada si Dia, apa yang harus kita lakukan?...

Apakah kita akan membela kekasih kita mati-matian?...
Ataukah kita akan melepaskan kekasih kita, demi membahagiakan orang tua kita?...
Benar-benar jawaban yang sangat sulit bukan?...

Nah, mungkin di bawah ini adalah bacaan yg menarik untuk anda renungkan...
Namun ingat, setiap orang punya pendapat sendiri-sendiri tentang masalah ini...
Dan disini, saya hanya menuliskan berdasarkan realita yg ada...
Baik, inilah renungannya...

Cinta kepada si Dia "Sebelum Pernikahan", bukankah belum menjadi segalanya bagi kita?...
Cinta semacam ini, masih bisa datang dan pergi begitu saja...
Karena cinta yang seperti itu, berbeda dengan kasih dan cinta "Setelah Pernikahan"...

Memang benar...
Kalau cinta orang tua kepada kita selaku anak-anaknya, tak akan pernah habis hingga orang tua meninggalkan kita...
Namun itu bukan alasan bagi kita, untuk kita menyakiti orang tua kita kan?...
Pahamilah cinta orang tua kita itu, sebagai cinta dan kasih sayang yang abadi...

Patutkah kita menyakiti hati orang tua yang telah berpuluh-puluh tahun mendidik, mengasuh dan membimbing kita?...
Nyebokin kalau buang air, memandikan dan menggendong kita dalam pelukannya, saat kita kecil...

Dan kemudian kita balas jasa mereka dengan protes yang menyakitkan hati mereka?...
Dan itu kita lakukan semata-mata hanya untuk mempertahankan "seseorang" yang baru kita kenal...
Haruskah kasih sayang mereka yang berpuluh-puluh tahun itu, dimusnahkan untuk "kasih sayang yang baru seumur jagung"?...

Mudah-mudahan Allah selalu mengingatkan kita bahwa...

"Keridhoan Alloh Berada Dalam Keridhoan Orang Tua, Dan Kemurkaan Alloh Berada Dalam Kemarahan Orang Tua..."

Dari judulnya, kelihatannya kita lagi mau bicara tentang tema film India yang selalu bikin facing pertentangan antara Pacar dan Orang tua neeh?...

Kayaknya emang begitu, Hahahagst... Indiaholic kalo teman bilang...
Tapi mau gimana lagi...
Habis... "Cerita India" itu begitu indah, begitu mengharukan dan romantis, bahkan gak berlebihan kadang punya efek langsung pada kesehatan dan sikap kita sehari-hari...

Namun pasti ada perbedaannya lah, baca aja selanjutnya yah...
Dan sekali lagi saya ingatkan, tidak ada tujuan saya untuk menyindir kalian sedikitpun...
Ini hanyalah sebuah renungan...

Kalau kita sedang suka, jatuh cinta, ada kasih, falling in love (dan bahasa-bahasa lainnya...) kepada seorang wanita, dan kita berpikir untuk melanjutkan hubungan kita ke tingkat yang lebih jauh (Menikah...), Biasanya kita akan berusaha semampu mungkin untuk merealisasi "Cerita India" itu...

Masalahnya berlanjut ketika kita sadar bahwa, "Kita Hidup Dalam Tatanan Masyarakat Asia dan Adat Ketimuran..."

Dimana Peran Orang Tua Sedikit Banyak Masih Mempunyai Kepentingan Dalam Diri Kita, Bahkan Kadang Peran Masyarakatpun Ikut Menentukan...

Itulah sebabnya dalam banyak undangan dan dekorasi pernikahan, banyak ditemukan berseliweran kata-kata "Mohon doa restu..."

Dalam kisah beberapa orang, percintaan sering gak berjalan dengan mulus karena faktor "orang tua"...
Sebuah keberuntungan kalau kekasih anda diterima apa adanya oleh orang tua dan mungkin masyarakat anda, namun ketika yang sebaliknya terjadi bagaimana?...

Beberapa teman saya kasih saran, coba dong didialogkan kembali kepada orang tua dengan baik-baik, dan dicarikan jalan keluarnya...
Itu betul, jika kemudian hari orang tua dapat menurunkan "standar permintaannya"...

Namun Bagaimana Ketika Mereka Tetap Berpegang Kukuh Dengan Pendapat Mereka untuk menolak kekasih anda?...

Teman saya nyeletuk, "Orang tua apaan tuh!...
Masa sih kebahagiaan si anak dihalang-halangi, toh mereka kan juga menginginkan anaknya bahagia?..."

Yang satu lagi menambahkan, "Apa sih maksud orang tua seperti itu, apakah mereka menginginkan anaknya berpasangan, tanpa saling menyayangi?..."

Si A nyeletuk dengan kasar, "Emang yang mau kawin siapa sih, bokap nyokap loe apa loe, kok jadi dia pada yang repot?..."
Dan bermacam-macam tanggapan dari teman-teman...


So yang kita bicarakan di sini adalah "Pertentangan", mana yang anda pilih ketika solusi "keinginan" anda terhalang oleh "idealisme' orang tua?...

Cinta (Saat Belum Menikah) Bukan Segala-galanya, Dia Bisa Datang Dan Pergi Begitu Saja...

Saya tahu kalimat ini pasti tidak disukai oleh banyak orang, khususnya para idealis cinta, tapi itulah realita...

Cinta itu, seperti kata pepatah Jawa, "witing tresno jalaran soko kulino" yang dalam bahasa indonesia artinya Cinta itu timbul hanya karena faktor kebersamaan yang sering...

Itu sebabnya grup band "Dewa" bilang dalam salah satu lirik lagunya, "Beri aku sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa..." *Jyah, malah nyanyi... :P

So, Unsur Terpenting Pembentukan Cinta Adalah Unsur "Selalu Bersama...", Itu saja... Gak lebih...
Kalau kamu sekarang dekat dengan seorang cewek, yang mulanya hanya temenan biasa...
Kemudian menjadi akrab sekali, jangan heran kalau di kemudian hari kamu menjadi jatuh cinta kepadanya...
Dan itu semua tidak lain, disebabkan oleh unsur kebersamaan tadi...

Logikanya, Ketika Kebersamaan Itu Hilang, Maka Hilanglah Cinta Itu...
Jangan heran, jika kita sering menganggap aneh dan gak realistis orang-orang yang selalu mengenang berat kekasih masa lalu mereka...

Gak apa-apa sih kita mengenang, asalkan hal itu hanya untuk mengenang begitu saja dan hanya untuk bahan perbandingan, serta buat hiburan aja...

Dan jangan heran juga, kalau orang yang berpacaran long distance alias jarak jauh, banyak yang putus...
Hal ini, juga tidak lain disebabkan oleh "tidak adanya" unsur kebersamaan tadi...

Menghilangkan rasa cinta dengan cara menghilangkan kebersamaan, jika itu dilakukan tentunya bukan suatu hal yang mudah...
Iya kan...?
Yupz, itu benar... *wakilin yg lagi baca notes ini, hahahagst...

Ketika anda memutuskan untuk menjauhi sang kekasih, itu memang suatu keputusan yang berat...
Bahkan tidak berlebihan, kalau dibilang itu bisa bikin anda cengeng dan dunia ini serasa hampa...
Namun percaya atau tidak, itulah satu-satunya proses terapi yang paling mujarab untuk menghilangkan rasa cinta, paling tidak hingga saat ini masih manjur lho...

Kembali ke masalah orang tua...
Kita dihadapkan pada dua pilihan sekarang, antara Menuruti Keinginan Orang Tua Untuk Membubarkan Cinta Kita, dan antara Mempertahankan Cinta Pada Kekasih Tersayang Kita?...

Dilema bukan?...
Kayak makan buah Simalakama (padahal gw juga gak tau, buah simalakama itu seperti apa?), duanya-duanya pilihan yang berat...

Mari kita itung-itungan sekarang dengan asas kebesaran jiwa...

Ada satu pernyataan dari seorang bijak, ketika dia sedang menasehati anak didiknya...
Si bijak mengatakan, "Patutkah Kamu Menyakiti Hati Orang Tua Yang Telah Berpuluh-Puluh Tahun Mendidik, Mengasuh, dan Membimbingmu?...
Ketika kamu kecil mereka nyebokin kamu kalau buang air, mandiin, menggendong kamu dalam pelukannya selama berpuluh-puluh tahun lebih dengan kasih sayang tanpa meminta imbalan sedikitpun?...

Kemudian semua jasa itu kamu lupakan begitu saja, dan kamu balas dengan sebuah protes yang menyakitkan hati mereka?...
Dan itu kamu lakukan hanya karena seseorang yang baru kamu kenal dalam hitungan satu atau dua tahun, atau paling banyak 9 tahun?...

Haruskah kasih sayang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan, hanya untuk mempertahankan kasih sayang yang katakanlah baru dua tahun tersebut...!?


Ingatlah sahabat, tak ada yang kita bawa ketika kita meninggalkan kehidupan di dunia ini...

Harta yg berlimpah, isteri yg cantik, suami yang tampan, anak yang banyak (eh, yang lucu maksudnya), dan berbagai keistimewaan yang kau miliki tersebut tak akan pernah menemanimu ke liang lahat...
Hanya amal dan dosa lah, yang akan menemanimu ke sana...

Sayangilah dan bahagiakanlah orang tuamu selagi mereka masih ada dan hidup, serta turutilah kata2 mereka, jika apa yang dikatakan mereka benar menurut ajaran agamamu... *kalau tidak benar, ya jangan dituruti atuh...

"Okey friends, Keep Smile Happy N Enjoy Aja Yuaa..."
[Baca Selengkapnya...]

Sabtu, 22 Mei 2010

~Pemberian Makanan Padat Untuk Bayi~


Pemberian Makanan Padat

Pertama Cari tahu kiat-kiatnya, dan ikuti langkah-langkahnya.
Maka, kegiatan memperkenalkan makanan padat pertama bisa menjadi saat-saat yang menyenangkan, baik bagi Anda maupun si kecil.
Seringkali, di antara rasa bahagia dan bangga mengikuti proses tumbuh kembang bayinya, terselip rasa cemas dalam hati sang ibu.
Mungkin, Anda juga kerap bertanyatanya, “Kapan ya, buah hatiku siap menerima makanan padat pertamanya?” Atau, “Jenis makanan seperti apa yang sebaiknya diberikan, dan sebaliknya, yang harus dihindari?” Bagaimanapun juga, setiap orang tua tentu ingin anaknya senantiasa tumbuh sehat, aktif, ceria dan cerdas.
Cari saat yang tepat Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI dinyatakan cukup sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi yang normal sampai usia enam bulan.
Selain itu, pemberian ASI eksklusif hingga enam bulan ini dapat melindungi bayi dari risiko terkena infeksi saluran pencernaan.
Setelah enam bulan, pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi. Dengan kata lain, selain ASI, bayi membutuhkan makanan pendamping ASI (MPASI). Selain itu, bila MP-ASI tidak segera diberikan, masa kritis untuk mengenalkan makanan padat yang memerlukan keterampilan mengunyah (6-7 bulan) dikhawatirkan akan terlewati.
Bila ini terjadi, di kemudian hari bayi akan mengalami kesulitan untuk menelan makanan, atau akan menolak makan bila diberi makanan padat.

Pada usia 9-12 bulan, keterampilan mengunyah bayi semakin matang. Selain itu, pada usia ini, kepala serta tubuh bayi juga semakin stabil, sehingga memudahkannya mengembangkan kemampuan makan secara mandiri.
Berikan bertahap Pemberian makanan padat pertama bayi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: - Mutu bahan makanan . Bahan makanan yang bermutu tinggi menjamin kualitas zat gizi yang baik. - Tekstur dan konsistensi (kekentalan) .
Mula-mula, beri bayi makanan yang lumat dan cair, misalnya bubur susu atau bubur/sari buah (pisang, pepaya, jeruk manis).
Secara bertahap, makanan bayi dapat lebih kasar dan padat. Bayi yang telah berusia enam bulan bisa diberi nasi tim saring lengkap gizi. Memasuki usia delapan bulan sampai satu tahun, bayi mulai bisa diberi makanan yang hanya dicincang. - Jenis makanan .
Untuk permulaan, bayi sebaiknya diperkenalkan satu per satu jenis makanan sampai ia mengenalnya dengan baik.
Tunggulah paling tidak empat hari sebelum Anda memperkenalkan jenis makanan yang lain.
Selain bayi akan benarbenar mengenal dan dapat menerima jenis makanan yang baru, Anda pun bisa mengetahui ada tidaknya reaksi alergi pada bayi. - Jumlah atau porsi makanan .
Selama masa perkenalan, jangan pernah memaksa bayi menghabiskan makanannya.
Umumnya, pada awalnya bayi mau menerima 1-2 sendok teh makanan.
Bila ia telah semakin besar, Anda dapat memberikan porsi yang lebih banyak. - Urutan pemberian makanan.
Urutan pemberian makanan pendamping ASI biasanya buah-buahan, tepung-tepungan, lalu sayuran.
Daging, ikan dan telur umumnya diberikan setelah bayi berumur enam bulan.
Bila bayi menujukkan gejala alergi, telur baru diberikan setelah usianya satu tahun.

Jadwal waktu makan harus luwes atau sesuai dengan keadaan lapar atau haus yang berkaitan dengan keadaan pengosongan lambung.
Dengan demikian, saluran cerna bayi lebih siap untuk menerima, mencerna, dan menyerap makanan pada waktuwaktu tertentu.
Perhatikan gizi seimbang Selama minggu-minggu pertama, pemberian makanan padat hanya ditujukan bagi perkenalan rasa dan tekstur makanan, bukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Perlu diingat, makanan utamanya masih ASI atau pengganti ASI.
Jadi, ia hanya perlu diberi makanan padat sekali sehari. Selanjutnya, sejak minggu ke enam sampai ke delapan, tingkatkan jumlah dan jenis makanannya, sampai akhirnya ia mendapat makanan tiga kali sehari.
Saat bayi mulai bisa makan makanan yang ditim, baik tim saring maupun tim biasa, Anda sebaiknya mulai menerapkan gizi seimbang. Gizi seimbang ini bisa didapat dengan pemilihan bahan makanan yang beraneka ragam.
Penganekaragaman disesuaikan dengan bahan makanan yang biasa dikonsumsi sesuai usia bayi.
Zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi adalah karbohidrat, protein, mineral (misalnya zat besi) dan vitamin (terutama vitamin C, B1 dan niasin).

Bagaimana dengan lemak?

Anda sebaiknya tidak memberinya makanan yang terlalu banyak mengandung minyak, santan, mentega atau margarin.
Karena, lemak yang dikandung oleh bahan bahan makanan ini akan memperberat kerja sistem pencernaan bayi.
Namun, mengingat beberapa jenis zat gizi, misalnya vitamin A, membutuhkan lemak agar dapat diserap oleh tubuh, maka nasi tim saring yang diberikan pada bayi sebaiknya ditambahkan sumber-sumber lemak tersebut.
Misalnya, pada bayi usia enam bulan, nasi timnya dapat ditambah satu sendok teh minyak/margarin, atau satu sendok makan santan.
Hal lain yang harus Anda ingat, saat makanan padat menyelingi jadwal minum susu bayi adalah, ia perlu minum untuk memuaskan rasa hausnya dan membantu melancarkan kerja pencernaannya.
Kebutuhannya ini sebaiknya Anda penuhi dengan memberinya minum air putih matang, sari buah segar atau makanan yang berkuah.
Ciptakan pengalaman yang menyenangkan Pada dasarnya, cara pemberian makanan jangan terlalu memaksa bayi, yaitu dalam waktu yang cepat dan dalam jumlah yang banyak. Perlu diingat, bayi yang frustrasi cenderung akan bersikap lebih baik melawan daripada makan.
Jadi, biarkanlah ia menikmati acara makannya. Bila pengalaman pertama ini menyenangkan, maka untuk selanjutnya segalanya akan menjadi lebih mudah.



PERMASALAHAN DALAM PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK UMUR 0-24 BULAN

Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat.
Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat.
Selain itu ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 4-6 bulan memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya.
Beberapa permasalahan dalam pemberian makanan bayi/anak umur 024 bulan :

1.Pemberian Makanan Pralaktal (Makanan sebelum ASI keluar)

Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu, pisang, yang diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar.
Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, dan mengganggu keberhasilan menyusui.

2.Kolostrum dibuang

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan.
Masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi tinggi.
Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.

3.Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 4 bulan) menurunkan konsumsi ASI dan gangguan pencernaan/diare.
Kalau pemberian MP-ASI terlambat bayi sudah lewat usia 6 bulan dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan anak.

4.MP-ASI yang diberikan tidak cukup

Pemberian MP-ASI pada periode umur 4-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup baik kualitas maupun kuantitasnya.
Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan anak, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein serta beberapa vitamin penting yang larut dalam lemak.

5.Pemberian MP-ASI sebelum ASI Pada usia 4-6 bulan,

Pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI.
Dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang, yang berakibat menurunnya produksi ASI.
Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi. Seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI.

6.Frekuensi pemberian MP-ASI kurang Frekuensi

Pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.

7.Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja

Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena ibu sibuk.
Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi rendah apalagi kalau pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan.

8.Kebersihan kurang

Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak.
Masih banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya.
Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare (mencret) dan lain-lain.
Menyuapi anak dengan tangan yang kotor dapat menyebabkan anak mencret.

9.Prioritas gizi yang salah pada keluarga

Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk anak balita dan bila makan bersama-sama anak balita selalu kalah.


Cara Pembuatan Makanan Bayi

Air jeruk

Bahan :
1 buah jeruk garut atau jeruk siam, + (100 gr).

Cara membuat :
Jeruk dicuci bersih dan dipotong melintang lalu diperas dan disaring.

Cara pemberian :
Untuk pertama kali air jeruk tersebut diencerkan dengan air putih masak dengan perbandingan 1 : 1 dan diberikan sebanyak 1 sdt.
Pemberian ini ditambah dari hari ke hari sampai dapat menghabiskan 1 buah jeruk, maka selanjutnya tidak perlu diencerkan lagi.
Bila rasanya asam, dapat ditambah gula dalam bentuk sirup secukupnya.

Air tomat

Bahan :
1 buah tomat (+ 60 gr)

Cara membuat :
Tomat dicuci bersih masukkan ke dalam panci yang berisi air panas lalu panci ditutup dan biarkan 3 - 5 menit angkat tomat dari air panas, kupas kulit arinya lalu disaring.
Air tomat yang didapat + 6 sdm (50 cc)

Cara pemberian :
Untuk pertama kali air tomat diencerkan dengan air putih masak dengan perbandingan 1 : 1 dan diberikan sebanyak 1 sdt.
Pemberian ini dari hari ke hari ditambah sampai dapat menghabiskan 1 buah tomat, maka selanjutnya tidak usah diencerkan lagi.
Bila rasanya asam, dapat ditambah gula dalam bentuk sirup secukupnya.

Pepaya saring

Bahan :
1 potong pepaya masak dengan berat + 100 gr

Cara membuat :
Pepaya dicuci bersih dan dikupas, buang biji dan bagian yang keras pepaya dipotong-potong atau dihaluskan lalu disaring.
Pepaya halus yang didapat + 9 sdm.

Cara pemberian :
Untuk pertama kali diberikan 1 sdt, hari-hari selanjutnya ditambah sampai dapat menghabiskan 1 ptg pepaya.

Pisang ambon

Bahan :
1 buah pisang ambon.

Cara membuat :
Pisang dicuci bersih lalu dikupas.
Pisang dikerik halus dan dimasukkan ke dalam cangkir.
Pisang yang telah dikerik sebaiknya dicampur dengan air jeruk/air tomat.

Cara pemberian :
Untuk pertama kali diberikan sebanyak 1 sdt.
Hari-hari selanjutnya ditambah sehingga dapat menghabiskan 1 atau 2 pisang.

Bubur susu

Bahan :
150 cc susu (3/4 gls) 50 cc air putih (1/4 gls) 10 gr gula putih (1 sdm) 20 gr tepung beras (2 sdm) garam sedikit, menurut selera.

Cara membuat :
Susu didihkan. Tepung beras diencerkan dengan air 50 cc dan dimasukkan ke dalam susu yang telah mendidih sampai masak, masukkan gula pasir ke dalam bubur tersebut dan ditambah garam kemudian angkat.

Tim saring

Bahan :
20 gr beras (2 sdm) 10 gr kacang hijau (1 sdm) 25 gr hati ayam (1 ptg) atau hati sapi, daging cincang atau daging ikan, atau 1 btr telor ayam 10 gr daun bayam (1 genggam) 20 gr tomat (1 bh sdg) 20 gr wortel (1 ptg sdg)

Cara membuat :
Beras dan kacang hijau yang telah direndam semalam dicuci lalu ditim dengan 150 cc (3/4 gls) air.
Bila sudah 1/2 masak, masukkan hati dan wortel ke dalamnya, biarkan sebentar sampai hati atau penggantinya agak lunak.
Kemudian masukkan bayam, tomat dan garam.
Tunggu sampai masak, angkat lalu saring dengan saringan.


Jadwal Pemberian Makanan Bayi Berdasarkan Rekomendasi IDAI

* 0-4 bulan ASI
Hanya ASI saja

* 4-6 bulan (bertahap)
Pukul 06.00 (bangun tidur) ASI
Pukul 08.00 (makan pagi) Bubur Susu
Pkl. 10.00 Buah segar/biskuit
Pkl. 12.00 (makan siang) ASI
Pkl. 14.00 (sebelum tidur siang) ASI
Pkl. 16.00 Buah segar/biskuit
Pkl. 18.00 (makan malam) Bubur susu
Pkl. 21.00 ASI

* 6-9 Bulan (Bertahap)
Pukul 06.00 (bangun tidur) ASI/PASI
Pukul 08.00 (makan pagi) Bubur→ nasi tim
Pkl. 10.00 Buah segar/Biskuit
Pkl. 12.00 (makan siang) Bubur→ nasi tim
Pkl. 14.00 (sebelum tidur siang) ASI/PASI
Pkl. 16.00 Buah segar/biskuit
Pkl. 18.00 (makan malam) Bubur→ nasi tim
Pkl. 21.00 ASI/PASI

* 9-12 Bulan (Bertahap)
Pukul 06.00 (bangun tidur) ASI/PASI
Pukul 08.00 (makan pagi) Nasi Tim→ makanan keluarga
Pkl. 10.00 Buah segar/biskuit
Pkl. 12.00 (makan siang) Nasi tim→ makanan keluarga
Pkl. 14.00 (sebelum tidur siang) ASI/PASI
Pkl. 16.00 Buah segar/Biskuit
Pkl. 18.00 (makan malam) Nasi tim→ makanan keluarga
Pkl. 21.00 ASI/PASI

* > 12 bulan
Pukul 06.00 (bangun tidur) ASI/PASI
Pukul 08.00 (makan pagi) Makanan Keluarga
Pkl. 10.00 Snack
Pkl. 12.00 (makan siang) Makanan Keluarga
Pkl. 14.00 (sebelum tidur siang)
Pkl. 16.00 Snack
Pkl. 18.00 (makan malam) Makanan Keluarga
Pkl. 21.00 ASI/PASI

@Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia
[Baca Selengkapnya...]

Selasa, 18 Mei 2010

~Kapan Bayi Boleh Tengkurap?~


BAYI TENGKURAP

Dua minggu setelah Aini lahir, saya dan suami membawanya ke seorang bidan, Ibu Henny namanya, untuk diperiksa kesehatannya.
Ibu Henny adalah bidan yang rutin saya kunjungi untuk memeriksakan kandungan selama hamil, selain seorang dokter kandungan lain yang juga menjadi supervisor kehamilan saya (saat itu saya berpikir lebih banyak opini lebih baik).
Setelah basa-basi sejenak, Ibu Henny pun mulai memeriksa kesehatan Aini. Dibaringkannya Aini yang masih lemah di atas tempat tidur pasiennya, lalu.. hop-hophop.
Tiba-tiba saja, ia menengkurapkan Aini di atas kasur. Ya Allah! Saya kaget bukan kepalang.
Gerakan tangan si Ibu bidan sangat cekatan dan sigap, dan dengan mudahnya Aini yang tadinya tidur terlentang jadi menengkurap.
"Bu...? Nggak apa-apa ya?" tanya saya panik. "Nggak apa-apa. Kasihan kan dia, capek tidur terlentang terus.
Sekali-kali biar aja tengkurap, supaya badannya nggak pegel," jawab Ibu Heny. "Tapi, nafasnya gimana, Bu?"
"Nggak apa-apa kok, bayi sudah bisa bernafas ke samping kiri dan kanan kalau tengkurap.
Dibantu aja sama kita supaya dia bisa mudah memindahkan kepalanya.
Begini nih," Bu Heny memperagakan lagi. Dengan kedua tangannya, dipegangnya kepala Aini dengan hati-hati dan diarahkannya untuk menoleh ke sisi lain.
Benar juga, Aini dengan mudah ikut menolehkan kepalanya.
"Tapi hati-hati, jangan dipaksa kalau dia nggak mau," lanjut Bu Heny lagi. Lalu, dengan gerakan yang sigap lagi, ia kembali menelentangkan Aini di atas tempat tidur. "Memangnya apa gunanya bayi ditengkurapkan, Bu?" tanya saya tidak mengerti.

"Banyak, di antaranya melatih bayi untuk dapat mengangkat kepalanya dan menguatkan tulang-tulang belakangnya.
Selain itu, tidur tengkurap juga sebenarnya lebih menyenangkan untuk bayi, membuatnya tidak rewel dan nyaman saat tidur," jawab Bu Heny lagi.
"Ooh...." Saya manggut-manggut. Maka, sejak pertemuan hari itu, saya dan suami pun mulai rajin menengkurapkan Aini bolak-balik.
Kadang, bila sedang tengkurap, kami mengusap2 punggung kecilnya agar tidak pegal. Tidak jarang juga kami sengaja menidurkan Aini sambil menengkurapkannya, tentu saja tanpa sedikit pun lepas dari pengawasan kami.
Dan ternyata memang benar, kurang lebih di usia sebulan, Aini sudah bisa mengangkat kepalanya sedikit-sedikit dan menoleh dengan kemauannya sendiri saat ditengkurapkan. Lucu sekali rasanya melihat kepalanya yang mungil menoleh ke kanan dan kiri saat tidur tengkurap.
Semua sesuka hatinya saja. Ketika ia sudah merasa letih tengkurap dan menangis, baru saya kembali menelentangkannya seperti biasa.
Syukur Alhamdulillah, pengalaman tengkurap-menengkurapkan itu sangat berpengaruh pada perkembangan motorik Aini selanjutnya.
Aini dapat dengan cepat mengangkat kepalanya saat tengkurap, diikuti dengan mengangkat dadanya, pantatnya, hingga lama-kelamaan ia dapat merangkak dan duduk dengan sendirinya.
Khusus untuk saya, saya merasa sangat beruntung datang ke tempat Ibu Henny di saat Aini baru lahir.
Meski terkesan sepele, saya merasa sangat senang Aini bisa dilatih tengkurap sejak usia masih sangat kecil, karena setahu saya masih jarang ibuibu baru melahirkan yang dapat melatih bayinya untuk tengkurap.
[Baca Selengkapnya...]

Minggu, 16 Mei 2010

~Mengapa Harus Berteriak~


Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya...
"Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau biasa disebut berteriak?..."

Seorang murid setelah berpikir cukup lama, dia mengangkat tangan dan menjawab...
"Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, oleh karena itu ia lalu berteriak..."

"Tapi..." sang guru balik bertanya, "Bukankah lawan bicaranya justru berada disampingnya...
Mengapa dia harus berteriak?...
Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?..."

Hampir dari semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar, menurut pertimbangan mereka...
Namun tak ada satupun jawaban yang memuaskan...

Sang guru lalu berkata...
"Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat...
Karena itu...
Untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak...
Namun anehnya...
Semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi...
Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi..."

Sang guru masih melanjutkan...
"Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta...
Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara, dan suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil...
Bahkan sehalus dan sekecil apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas...
Mengapa bisa demikian?..."

Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya...
Mereka nampak berpikir amat dalam, namun tak satupun dari mereka yang berani memberikan jawaban...

Akhirnya sang guru pun menjawab dan berkata...
"Karena hati mereka begitu dekat, dan hati mereka tak memiliki jarak sedikitpun...
Dan pada akhirnya, sepatah katapun tak ada yang perlu diucapkan...
Melalui sebuah pandangan mata saja, amatlah cukup untuk membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan..."


"Ketika kamu sedang dilanda kemarahan, janganlah kamu biarkan hatimu menciptakan jarak...
Terlebih lagi hendaknya kamu jangan mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kalian...

Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang lebih bijaksana daripada anda berteriak dan marah-marah...
Karena waktu lah yang akan membantu kalian, untuk mendekatkan hati yang sedang berjauhan tersebut..."
[Baca Selengkapnya...]

Jumat, 14 Mei 2010

~Mitos Seputar Perawatan Bayi~


BAYI TAK BOLEH DIPAKAIKAN GURITA

Apa yang dikatakan oleh dokter, kebalikan dari kebiasaan yang terjadi selama ini.
Memang, tak sedikit kebiasaan turun- temurun dalam merawat bayi yang bertentangan dengan dunia medis.
Bagaimana kita menyikapinya? Dalam merawat sang buah hati, hampir bisa dipastikan kita akan "dihujani" oleh segala macam nasihat ataupun larangan dari lingkungan, entah kakek-nenek, orang tua, kaum kerabat, maupun tetangga.
Umumnya, nasihat/larangan tersebut merupakan kebiasaan-kebiasaan praktek perawatan bayi yang bersifat turun-temurun.
Namun, "seringkali nasihat dan larangan tersebut tak bisa diterima akal sehat, meskipun ada pula yang kedengarannya masuk akal," ujar dr. Eric Gultom, Sp.A. dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam cara Ibu Bayi dan Balita di ANTeve, kerja sama nakita dengan PT Endrass Perdana.

Misalnya, bayi tak boleh digendong dengan kedua tungkai memeluk tubuh ibu agar kelak tungkainya tak pengkor, bengkok, atau melengkung.
Begitu pula dengan nasihat untuk membedong bayi agar kelak bentuk kakinya jadi bagus.
"Kedengarannya memang masuk akal bahwa cara menggendong dengan posisi demikian mungkin saja akan menyebabkan pengkar.
Apalagi pada kenyataannya, saat lahir, tungkai bayi memang penampilannya bengkok atau melengkung," tutur Eric yang juga berpraktek di RSIA Lestari, Cirendeu dan RS Medistra.
Tapi, lanjutnya, bila dijelaskan dengan cara lain, akan tampak penjelasan tersebut kurang masuk akal.
Semua bayi, tutur Eric, kakinya memang akan tampak melengkung ketika lahir. Pasalnya, rongga rahim sangat terbatas ruangnya.
Nah, agar si bayi cukup dalam rongga rahim, posisinya harus sedemikian rupa sehingga kedua tungkai dalam posisi bersila dan melengkung ke atas.
"Tentunya dalam posisi demikian selama 9 bulan, akan menyebabkan kedua tungkai penampilannya melengkung ketika lahir."
Selain itu, tulangnya masih lebih lunak dan sedang bertumbuh sehingga gampang sekali terbentuk melengkung.
Kendati demikian, tungkai yang melengkung ini berangsur-angsur akan lurus kembali sejalan dengan pertumbuhan bayi.
Kecuali bila ada faktor genetik dimana salah satu orang tua penampilan tungkainya tak lurus atau melengkung, akan diturunkan pada anaknya.
Jadi, tukas Eric, "melengkung tidaknya tungkai tak tergantung posisi ketika menggendong bayi.
"Begitupun bila bayi tak dibedong, kakinya akan tumbuh lurus sesuai potensi genetik yang dimilikinya.

APA YANG MEMBAHAYAKAN BAYI

Berbagai praktek perawatan bayi yang mengikuti kebiasaan-kebiasaan turun-temurun ini, menurut Eric, seringkali bukan hanya kurang dapat diterima dasar ilmiahnya, tapi juga bisa merugikan.
Misalnya, pemakaian gurita untuk bebat perut bayi.
Kata orang, supaya bayi jangan masuk angin."
Ada pula yang bilang, agar perutnya enggak besar dan pusarnya enggak bodong. Dalam dunia medis, tuturnya, tak dikenal istilah masuk angin. "Istilah ini mungkin maksudnya aerophagia , yaitu bayi banyak mengandung udara di lambungnya sehingga terlihat kembung.
Hal ini bisa disebabkan bayi menangis lama atau cara minum susu botol kurang betul." Jadi, Bu-Pak, sama sekali tak ada kaitannya dengan pemakaian gurita. Begitupun dengan perut besar dan pusar bodong.
"Besar kecilnya perut ditentukan oleh ketebalan kulit, lemak kulit, dan otot perut yang sanggup menahan daya dorong isi perut atau usus keluar.

Secara alamiah, usus, kan, berusaha mendorong keluar," terang Eric.
Nah, pada bayi, lanjutnya, kulit maupun lemak dan ototnya masih tipis karena belum tumbuh, sehingga belum mampu menahan ususnya yang mendorong keluar.
Jadilah si bayi kelihatannya seperti kembung, perutnya agak besar. "Nanti, bila kulit dan lemak serta ototnya sudah lebih tebal, akan lebih sanggup menahan daya dorong tersebut.
"Jadi, tak akan gendut lagi, kecuali kalau makannya memang banyak.
Sama halnya dengan pusar bodong, "Bila perutnya membesar, tentu pusarnya akan menonjol, dong," tukas Eric.
Tak demikian halnya setelah ketebalan kulit, lemak kulit, dan ototnya bertumbuh menjadi lebih tebal. Jadi, bukan lantaran dipakaikan gurita maka pusarnya jadi enggak bodong.
Jikapun si bayi sampai punya pusar bodong, menurut Eric, karena bagian dari puntung tali pusatnya memang sejak awalnya sudah lebih besar.
"Jadi, sejak lahir pusarnya memang sudah bodong, bukan karena tak dipakaikan gurita.
"Pemakaian gurita, tutur Eric lebih lanjut, sebenarnya justru dapat merugikan bayi. "Bayi jadi kepanasan dan banyak keringat sehingga bisa mengalami keringet buntet di bawah lapisan gurita."
Selain itu, bila pemakaian gurita terlalu ketat, "akan mengganggu gerak pernafasan bayi." Soalnya, bayi bernafas lebih dominan menggunakan gerak pernafasan perut. Jadi kalau kita bebat dia erat-erat di bagian perut, tentu akan mengganggu pernafasannya."

Contoh lain dari kebiasaan turun-temurun yang membahayakan bayi ialah membubuhkan bahan-bahan tradisional pada tali pusat yang belum puput.
Hal ini bisa menimbulkan infeksi. "Perawatan tali pusat cukup dilakukan dengan menggunakan alkohol 70 persen," ujar Eric.
Sebab, alkohol 70 persen dapat membunuh kuman dan mencegah berkembang-biaknya kuman, sehingga tali pusat pun terhindar dari infeksi.
Masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan turun-temurun yang sampai sekarang masih sering dijumpai dalam praktek perawatan bayi sehari-hari.
Saran Eric, sebaiknya Bapak dan Ibu tanyakan dulu kepada dokter, apakah ada bahayanya bagi bayi Anda.
Bila tidak, prakteknya terpulang kepada Bapak-Ibu sendiri sebagai orang tua si bayi...


ANEKA KEBIASAAN BAYI TURUN TEMURUN

*ASI harus dibuang dulu sebelum menyusu...*

Alasannya, ASI yang keluar adalah ASI lama (basi).
ASI tak pernah basi! Biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah ASI yang berwarna kekuningan dan kental; penampilannya memang seperti cairan tak segar.
Padahal, ASI kekuningan tersebut yang paling baik mutunya.
"Kandungan nutriennya paling tinggi dan memang diperolehnya pada tetesan ASI paling awal," jelas Eric Gultom.
Warna dan penampilan ASI putih keruh serta encer sering pula diasumsikan sebagai ASI kualitas jelek. Hal ini sama sekali tak benar!
"Warna dan kejernihan ASI sangat tergantung bahan nutrien yang terkandung di dalamnya," jelasnya lagi.
Perlu diingat, tak ada ibu yang mempunyai ASI seputih dan seindah penampilan susu formula.
Namun begitu, kualitas ASI tak dapat ditandingi oleh susu formula manapun.


*Usai melahirkan, ibu harus makan ayam arak agar tubuhnya hangat dan ASI-nya banyak atau minum jamu-jamuan untuk kesegaran ibu...

Hal ini justru berbahaya karena sering berpengaruh terhadap kandungan nutrien ASI dan menyebabkan bayi kuning.
Kandungan dalam ayam arak -mungkin araknya- dan jamu-jamuan, menurut observasi dokter dan para bidan, seringkali berkaitan dengan timbulnya kuning pada bayi, suatu keadaan yang secara medis disebut ikterus atau hiperbilirubinemia.
"Bila kadar kuningnya tinggi, dapat membahayakan bayi karena, bahan kuning ini bukan hanya akan melekat di mata maupun kulit sehingga jadi kuning, tapi juga di sel-sel otak," terang Eric.

*MEMANDIKAN BAYI.

Bayi harus dimandikan dengan air hangat agar tak masuk angin...

Memandikan bayi dengan air hangat tak perlu apabila bayi Anda normal, cukup bulan dan dalam keadaan sehat.
Mandikanlah sehari dua kali, gunakan sabun bayi dan cuci rambut dengan sampo bayi. Perlakukan bayi sebagaimana layaknya Anda sebagai orang sehat mandi dan mencuci rambut.
"Mandi dengan air hangat tujuannya terutama agar bayi tak kedinginan atau hipotermi dalam bahasa kedokterannya.
Tapi, sebagai bayi normal yang sehat, bayi Anda dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut," terang Eric.
Jadi, Bu-Pak, tak usah takut memandikan si kecil dengan air dingin selama kondisinya normal dan sehat serta dalam cuaca yang tak dingin...

*Kepala tak boleh dibasahi saat bayi dimandikan.

Nasihat ini tentulah tak benar. Jika kepala bayi tak pernah dibasahi, kotoran di kepala jadi menumpuk dan bercampur dengan endapan lemak sehabis dilahirkan. Akibatnya, timbullah kerak kepala yang sering disebut sarapen atau dalam istilah medisnya, dermatitis seboroik.
Bayi tak boleh dimandikan jika tali pusatnya belum lepas. Salah! Justru tali pusatnya harus dibersihkan, lalu dikeringkan dengan alkohol 70 persen.

*BEDAK DAN MINYAK-MINYAKAN.

Kepala bayi perlu dikasih bedak agar tak gampang pilek...

Tak ada hubungannya antara pilek dan diberi pupur.
"Pilek lebih sering terjadi bila bayi tertular orang dewasa yang pilek dan mencium bayinya," urai Eric.
Sebaliknya, pupur dapat menyebabkan banyak kerak di kepala dan merupakan media tumbuh kuman yang baik bila tak dibersihkan dengan baik.
Bayi harus dibedaki sesudah mandi agar tubuhnya harum. Sehabis BAK, selangkangannya dikeringkan dengan bedak.
Begitu juga bila tubuhnya berkeringat, dikeringkan dengan bedak.
Sebaiknya bedak tak digunakan jika dimaksudkan untuk membuat tubuh bayi harum, mengeringkan keringat, bekas BAK atau sesudah cebok.
Di negeri tropis, bayi Anda memang akan cenderung lebih sering berkeringat.
Campuran bedak dengan keringat, terang Eric, merupakan media yang baik untuk berkembang biaknya kuman di permukaan kulit, terutama di daerah tertutup dan lipatan leher, ketiak, atau selangkangan. Lagi pula campuran air dan bedak akan menutup pori-pori kulit bayi yang sangat halus dan menyumbat pernafasan kulit serta saluran kelenjar keringat, terutama bila diborehkan terlalu tebal.
Hal ini menyebabkan lebih banyak keringet buntet dan ruam (kemerahan) di permukaan kulit.
Bedak hanya boleh dipakai untuk mencegah tergoresnya kulit kering.
Akan tetapi, kulit kering jarang terjadi di negeri tropis karena udaranya cukup lembab sehingga kulit cenderung lebih basah.
Berbeda di negara empat musim yang kelembaban udaranya lebih rendah.
Jikapun Anda ingin si kecil dipakaikan bedak, sebaiknya bubuhkan tipistipis di permukaan kulit, terutama bagian tubuh yang mudah tergores.

Bagaimana dengan minyak-minyakan dan baby oil? Bahan minyak-minyakan, misalnya, minyak telon dan minyak kayu putih, sering diborehkan dengan alasan mencegah masuk angin dan menghangatkan tubuh bayi, terutama minyak kayu putih.
Jadi, hal ini sering dipraktekkan.
Namun demikian, ingat Eric, pemakaiannya harus hati-hati. Soalnya, respons kulit bayi terhadap kandungan minyak telon dan minyak kayu putih berbeda-beda.
Jika timbul kemerahan dan gejala iritasi (kulit kering seperti terbakar dan bersisik/beruntusan), sebaiknya pemakaian dihentikan.
Baby oil lebih parah lagi dalam menyumbat pori-pori kulit dan saluran kelenjar keringat karena partikelnya lebih besar dan lebih kental. Jadi, sebaiknya tak diberikan untuk kulit bayi Anda.

Bayi harus diberi pisang atau nasi kepal/ulek agar tak kelaparan.

Salah dan berbahaya! Sistem pencernaannya belum sanggup mencerna atau menghancurkan makanan tersebut.
Dengan demikian, makanan tersebut akan mengendap di lambung dan menyumbat saluran pencernaan, sehingga akhirnya bayi jadi muntah.
Itulah mengapa, sebelum usia 4 bulan, bayi belum boleh diberikan makanan tambahan. Jadi, Bu-Pak, tak usah takut si kecil akan kelaparan.
Toh, di usia tersebut, makanannya memang cuma ASI dan ia pun boleh menyusu ASI sepuasnya kapanpun ia menginginkannya.

*Bayi harus diberi susu lebih kental agar cepat gemuk.

Salah! Susu yang sangat kental juga tak dapat dicerna dan menyebabkan endapan susu di lambung sehingga bayi jadi muntah.

*Bayi boleh diberi air tajin sebagai pengganti susu/pelarut susu.

Air tajin tak dapat menggantikan susu karena kandungan nutriennya kurang.
Juga, tak perlu dipakai sebagai pelarut bila pengenceran susu dengan air matang sudah sesuai petunjuk pelarutan yang diberikan pada setiap kemasan susu kaleng.
Susu kaleng perlu dicampur-campur (berbagai merek dagang) agar keunggulan masing-masing susu dapat dikonsumsi sekaligus oleh bayi.
Jangan termakan iklan, dong! Semua keunggulan yang diiklankan tersebut tak ada yang dapat menyaingi keunggulan ASI.


APA YANG DILAKUKAN BILA BAYI PANAS

Baluri seluruh tubuhnya dengan bawang merah.
Bau, dong! Panas tak pernah turun karena bawangnya, tapi karena waktu memborehkan bawang, semua baju dibuka dan terjadi penguapan dari permukaan kulit yang basah. Itulah mengapa, praktek membungkus bayi rapat-rapat dengan beberapa lapis pakaian pada waktu bayi panas justru akan menyebabkan suhu tubuh semakin panas.
Bila bayi panas, jangan membungkus bayi terlalu rapat atau dengan pakaian terlalu tebal.
"Malah lebih baik kalau semua pakaiannya dilepaskan, agar terjadi penguapan atau pelepasan panas dari tubuh bayi ke udara sekitar," tutur Eric.
Bahkan, dikompres sambil telanjang pun boleh.
Namun tentunya, sebelum itu si bayi sudah diberi obat penurun panas.
Tak usah cemas bayi Anda akan semakin parah sakitnya.
Kecuali, bila kemudian Anda tak membawanya ke dokter untuk mengatasi penyebabnya. Bukankah penyebabnya yang harus diatasi, karena penyebabnya inilah yang membuat si bayi menjadi panas.
Lepaskan semua pakaian bayi, lalu dekap di dada ibu/ayah yang tanpa busana pula. Dengan demikian bisa menurunkan panas.
Memang hal ini juga bisa dilakukan pada bayi yang mengalami panas untuk mengurangi panasnya.
Tapi panas badan kita, kan, normalnya 37 derajat Celcius, sedangkan suhu udara jauh lebih rendah, sekitar 28-30 derajat Celcius. Jadi, penetralannya lebih baik ketimbang badan ibu/bapaknya.

Bayi perlu diurut bila mengalami keseleo/kecengklak.

Dunia medis tak mengenal istilah keseleo/kecengklak.
Mengurut bayi justru dapat menyebabkan cedera jaringan bila cara pijatan dan urutannya berlebihan, apalagi di tempat-tempat organ berbahaya semisal perut.

*Bayi tak boleh tidur ditengkurapkan karena susah bernafas.

Salah! Tidur tengkurap lebih nyaman buat bayi karena membuatnya lebih nyenyak dan tak rewel, serta membantu rekoil pernafasan dada lebih teratur.
Sejak lahir pun, setiap saat diletakkan di tempat tidur, bayi boleh ditengkurapkan. Pengalaman menunjukkan, dengan sering ditengkurapkan, perkembangan motoriknya angkat kepala, tengkurap, bolak-balik, duduk, dan sebagainya menjadi lebih baik.
Keberatan tidur tengkurap belakangan ini sering dikaitkan dengan tulisan mengenai SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) yang sering terjadi di negeri Barat karena bayi tidur di ranjang terpisah dari orang tua, kadang di kamar yang terpisah pula. Sedangkan di Indonesia, umumnya bayi tidur di samping orang tua dan jarang sekali ditinggal sendiri.
Jadi, tak perlu takut dengan SIDS hanya karena menengkurapkan bayi.

*Bayi tak boleh didudukkan karena takut susah kencing.

Tidak benar! Jikapun nasihat ini diikuti, boleh saja. toh, tak akan merugikan bayi.

*Bila bayi kembung, laburi perutnya dengan daun-daunan obat.
Justru berbahaya bila kulit bayi sangat sensitif karena menimbulkan iritasi.
Bila bayi mengalami kembung, cukup ditengkurapkan, karena dalam posisi tersebut, bayi akan banyak mengeluarkan angin.
Nanti kembungnya akan hilang sendiri.

*Bayi perlu diberi penghitam mata di alis mata (sipat) agar matanya jernih.

Tak ada hubungannya antara mata jernih dengan pemberian penghitam mata.
Jikapun ingin diberikan, boleh saja karena tak ada bahayanya bagi bayi.

*Jika bayi sering belekan, baluri di atas alis matanya dengan kunyit yang sudah dihaluskan agar saat bangun tidur, tahi matanya keluar semua sehingga enggak belekan lagi.

Salah! Mata belekan disebabkan saluran mata -masing-masing di sudut mata dekat hidung- bayi masih terlalu halus (salurannya masih sempit sekali) sehingga bila ada kotoran atau partikel-partikel di sudut mata yang mau dibersihkan di saluran tersebut namun ukurannya lebih besar dari salurannya, maka mengumpullah kotorannya di sudut mata.
Itulah yang disebut belekan.
Untuk mengatasinya, lakukan pemijatan sesering mungkin pada masing-masing saluran mata.
[Baca Selengkapnya...]

Senin, 10 Mei 2010

~Perkembangan Bayi 0-12 Bulan~


Perkembangan Kepandaian Bayi 1 Tahun Pertama


Berikut adalah perkembangan bayi pada umumnya, namun perkembangan tiap bayi tentunya berbeda-beda satu sama lain.

1 bulan :
Secara refleks dapat memegang benda yang menyentuh telapak tangannya...

2 bulan :
Dapat menatap
Dapat tersenyum
Bersuara ‘a’, ‘e’, ‘h’...


3 bulan :
Menggerakkan benda yang dipegangnya
Memandang gerakan benda dengan bola mata sampai ke sudut matanya...

4 bulan :
Bermain dengan kedua tangan dan memasukkan tangan ke mulut
Tertawa, bergurau
Tengkurap...


5 bulan:
Menggulingkan badan
Menyentuh mainan
Membedakan suara...


6 bulan :
Bertopang pada kedua tangan
Memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya
Menoleh...


7 bulan :
Membalikkan badan
Bermain dengan tangan dan kaki
Mulai mengoceh...


8 bulan :
Belajar duduk
Memperhatikan gerak gerik orang
Tertarik pada bayangan sendiri dalam cermin...

9 bulan :
Merayap
Dapat berdiri tegak bila dipegang
Main cilukba/petak umpet...


10 bulan :
Berayun pada tangan dan lutut
Belajar berdiri sambil berpegangan
Menjepit benda dengan kedua jari tangan...

11 bulan :
Merangkak
Belajar berjalan ke samping atau rambatanBerjalan bila kedua tangan dipegang...

12 bulan :
Berjalan sendiri
Bermain kejar-kejaran
Dapat mengerjakan tugas-tugas sederhana...


Semoga Berguna Buat Anda Semuanya...
[Baca Selengkapnya...]
Desain By : Aldid Alifya Kyko, Since July 2010